Jumat, 08 Mei 2015

Laporan Praktikum Kimia -- Perubahan Entalpi

#Terima kasih sudah berkunjung... ^^
Jika situs ini bermanfaat bagi anda, silahkan tinggalkan komentar...  :) 


Laporan Praktikum Perubahan Entalpi

I.   Judul
Menentukan ∆H  reaksi netralisasi

II.  Tujuan

Untuk menentukan ∆H reaksi  netralisasi

III. Landasan teori

     Entalpi adalah jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi tidak bisa diukur, yang bisa dihitung adalah nilai perubahannya.
    Pada reaksi kimia, sistem dapat melepaskan atau menyerap kalor.  Reaksi kimia dengan sistem melepaskan kalor disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi kimia dengan sistem menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Pada reaksi eksoterm, ∆H bernilai negatif yang harga mutlatknya sebesar kalor yang dilepaskan. Pada reaksi endoterm, ∆H reaksi berharga positif yang harga mutlaknya sebesar kalor yang diserap.
     Untuk menentukan perubahan entalpi standar (∆H) dapat dilakukan dengan cara teoritis dan secara eksperimen. Apabila menentukan perubahan entalpi secara teoritis, maka akan  menerapkan Hukum Hess dan Energi Ikatan. Apabila menentukan perubahan entalpi secara eksperimen (kalorimetris), maka diperlukan suatu alat kalorimeter.
     Ada 2 metode dalam penentuan kalor reaksi secara kalorimetris, yaitu kalorimetri pembakaran dan kalorimetri reaksi. Metode kalorimetri pembakaran dilakukan dengan cara membakar suatu unsur atau senyawa (umumnya dengan oksigen) dalam kalorimeter, kemudian kalor yang dibebaskan dalam reaksi pembakaran tersebut diukur. Kalorimeter yang digunakan untuk melakukan eksperimen metode kalorimetri pembakaran disebut kalorimeter tipe bom. Sementara itu, metode kalorimetri reaksi merujuk pada penentuan kalor reaksi apa saja selain reaksi pembakaran. Kalorimeter yang digunakan untuk melakukan eksperimen metode kalorimetri reaksi disebut kalorimeter tipe reaksi.
      Kalorimeter terdiri atas penangas air dengan dinding isolasi dan bejana reaksi yang terendam dalam air. kenaikan temperatur diukur dengan termometer. Kalor yang dilepas oleh sistem sama dengan kalor yang diserap oleh kalorimeter, yaitu sebesar kapasitas kalor dari kalorimeter dikalikan dengan temperatur.
Pada reaksi eksoterm, kalor yang dilepaskan dari reaksi digunakan untuk menaikkan temperatur larutan dan kalorimeter. Untuk reaksi endoterm, kalor yang diserap oleh reaksi sama dengan kalor yang diserap larutan.

IV.  Alat dan bahan
No.    Alat dan bahan    Ukuran/konsentrasi    Jumlah/volume
1.    Bejan plastik                 ± 200  cm3            1
2.    Silinder ukur                    50 cm3                2
3.    Termometer                      0-100 °C            1
4.    Pengaduk kaca                          -                1
5.    Larutan NaOH                      1 M            50 cm3
6.    Larutan HCl                          1 M             50 cm3

V.  Langkah kerja
    Masukkan 50 cm3 larutan NaOH  1  M ke dalam bejana plastik dan masukkan 50 cm3 larutan HCl  1  M  ke dalam silinder ukur.
    Ukur temperatur kedua larutan itu. Termometer harus dibersihkan dan dikeringkan sebelum dipindahkan dari satu larutan ke larutan yang lain. Jika kedua temperatur larutan berbeda, tentukan temperatur rata-rata (temperatur awal).
    Tuangkan HCl ke dalam bejana plastik yang berisi larutan NaOH, aduk larutan dan perhatikan temperatur yang ditunjukkan oleh termometer. Temperatur akan naik, kemudian menjadi tetap dan selanjutnya turun. Catatlah temperatur yang tetap itu (temperatur akhir).

VI.  Tabel Hasil Pengamatan

No.
Temperatur Awal (T1)
Temperatur Akhir (T2)
Perbedaan Temperatur  
(∆T=T2-T1)
1.      
HCl 1 M= 29 0C
NaOH 1 M= 28,25 0C
T1 rata-rata= 28,625 0C
Temperatur larutan sesudah di campur,
T2= 30,5 0C
∆T=T2-T1
                   = 30,5-28,625  .............      = 1,875 0C
..........         = 274,825 0K
                   = 275 0K

VII. Analisis data
    **Massa larutan (m) = Volume larutan x massa jenis air
                 = 100 cm3 x 1g/cm3= 100 g

    **Kalor yang dihasilkan dari percobaan (q)
        q = m x c x ∆T
          = 100 g x 4,2 JK-1g-1 x 275 0K
          = 115.500 J = 115,5 kJ

    **50 cm3 NaOH 1 M = 50 cm3 x  (1 mol NaOH)/〖1000 cm〗^3       = 0,05 NaOH

      50 cm3 HCl 1 M     = 50 cm3 x  (1 mol HCl)/〖1000 cm〗^3     = 0,05 HCl


    **Dari persamaan reaksi: 1 mol NaOH 1 mol HCl 1 mol H2O
    **Dari hasil percobaan:  0,05 mol NaOH 0,05 mol HCl 0,05 mol H2O             
    **∆H= Q/mol
        = (115,5 kJ)/(0,05 mol) 
        = - 2310 kJ/mol

Tanda negatif karena reaksi tersebut melepaskan kalor (eksoterm).








VIII. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil suatu simpulan bahwa,
1. ∆H yang diperoleh melalui percobaan tersebut adalah sebesar – 2310 kJ/mol. Tanda negatif menandakan bahwa reaksi tersebut melepas kalor.

2. Reaksi antara NaOH dengan HCl menunjukkan adanya peningkatan suhu. Sehingga reaksi tersebut melepaskan kalor (eksoterm)

 



Rabu, 06 Mei 2015

Tugas Seni Budaya -- Tari Panji Semirang

#Terima kasih sudah berkunjung... ^^


BAB I

PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

            Tari Panji semirang  merupakan tari yang terinspirasi dari cerita candra kirana  yang ada di daerah Jawa Timur. Yang mana tari Panji Semirang ini merupakan tari bebali  yang berfungsi sebagai tari pertunjukan. Tarian ini biasa didemonstrasikan di dalam maupun di luar areal pura. Tari ini dibawakan oleh seorang  penari pria atau wanita. Dengan tata rias dan tata busana lelaki. Para penari biasanya membawa kipas dan memegang kancut. Tarian ini merupakan ciptaan dari I Nyoman Kaler (seniman tari) pada tahun 1942. Tarian ini pertama kali ditarikan oleh Luh Cawan, yang dimana ia merupakan salah satu murid dari I Nyoman Kaler. Tarian ini menggambarkan Dewi Candra Kirana yang menyamar sebagai seorang lelaki untuk mencari kekasihnya Raden Panji Inu Kertapati. Tari ini termasuk tari putra halus biasanya ditarikan oleh penari putri.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1.      Siswa mengetahui sejarah dan asal-usul tari Panji Semirang.

2.      Siswa mengetahui macam gerakan (pedom karang dalam tari Panji Semirang.

3.      Siswa mengetahui penggunaan tata rias dan tata busana dalam tarian Panji Semirang.

4.      Siswa mengetahui profil pencipta tari Panji Semirang.

5.      Siswa mengetahui fungsi tari Panji Semirang.

6.      Menyelesaikan tugas Seni Budaya.









BAB II

PEMBAHASAN



1.1.    Sejarah Tari Panji Semirang
            Panji Semirang adalah sebuah nama dari Galuh Candrakirana yang sedang menyamar untuk mencari Raden Panji. Tersebutlah sebuah kerajaan bernama Jenggala, dengan putra mahkotanya bernama Raden Inu Kertapati. Dia berwajah rupawan, badannya tegap, dan sangat ramah kepada siapa saja, tanpa memandang status dan jabatannya. Dia sudah bertunangan dengan Dewi Candra Kirana, putri Kerajaan Kediri.
            Suatu waktu, Raden Inu Kertapati berangkat ke Kerajaan Kediri untuk menemui tunangannya. Rombongannya lengkap dengan perbekalan dan pengawal yang siap siaga.
            Di tengah perjalanan, rombongan Raden Inu diberhentikan oleh gerombolan dari Negeri Asmarantaka yang dipimpin oleh Panji Semirang. Melihat ada orang yang menyuruhnya berhenti Raden Inu bersiap-siap seandainya harus bertempur. Akan tetapi gerombolan tersebut tidak menyerang mereka. Mereka hanya meminta Raden Inu untuk bertemu dengan pemimpinnya, Panji Semirang.
            Tanpa rasa takut Raden Inu menemui Panji Semirang, yang menyambutnya dengan ramah, sehingga Raden Inu bertanya, “Rupanya engkau tidak seperti yang selama ini diceritakan orang-orang, wahai Panji Semirang?”. Panji Semirangpun mengatakan bahwa selama ini dia hanya mengundang rombongan untuk bertemu dengannya, siapa yang tidak berkenan, maka tidak dipaksa.
            Akhirnya Raden Inu melanjutkan perjalanannya, setelah menceritakan bahwa dia sedang menuju Negeri Kediri, untuk menemui calon istrinya, Dewi Candra Kirana.
            Radin Inu baru pertama kali bertemu dengan Panji Semirang. Namun selama pertemuan tersebut dia merasa seperti sudah mengenalnya sebelumnya, sehingga langsung merasa akrab. Hanya saja Raden Inu tidak dapat mengingat kapan dan di mana dia mengenal Panji Semirang. Setelah merasa cukup berbincang-bincang dengan Panji Semirang, Raden Inupun melanjutkan perjalanannya menuju Kediri.
            Tiba di Kediri, rombongan Raden Inu disambut dengan meriah. Bahkan selir Raja Kediri bernama Dewi Liku yang memiliki putri bernama Dewi Ajeng ikut menyambut kehadiran Raden Inu Kertapati. Hanya saja Raden Inu tidak melihat kehadiran Dewi Candra Kirana. Ketika Raden Inu menanyakan keberadaan Dewi Candra Kirana, Dewi Ajeng mengatakan bahwa Dewi Candra Kirana menderita sakit ingatan dan sudah pergi lama dari kerajaan.
            Mendengar keterangan kepergian Dewi Candra Kirana, Raden Inu kaget sekali sehingga jatuh pingsan. Iapun segera dibawa masuk ke dalam istana. Memanfaatkan kesempatan ini, dan dengan tipu muslihatnya, akhirnya Dewi Liku berhasil memperdaya Raja Kediri sehingga menikahkan Raden Inu Kertapati dengan Dewi Ajeng. Menjelang acara pernikahan ini segala macam persiapan diperintahkan oleh Raja Kediri, pesta yang sangat meriah.
            Rupanya rencana jahat Dewi Liku tidak berhasil. Tiba-tiba terjadi kebakaran hebat yang menghancurkan seluruh persiapan pernikahan tersebut. Melihat kejadian tersebut, Raden Inu dan rombonganpun meninggalkan istana, dan setelah berada jauh dari istana, diapun tersadar dan teringat kembali dengan Dewi Candra Kirana, yang sangat mirip sekali dengan Panji Semirang. Dia berpikir bahwa bisa jadi Panji Semirang adalah Dewi Candra Kirana. Kemudian dia dan seluruh rombongannya menuju Negeri Asmarantaka, tempat Panji Semirang berada.
            Rupanya Panji Semirang sudah meninggalkan negeri tersebut. Tanpa putus asa, Raden Inu mencari keberadaan Panji Semirang hingga akhirnya tibalah mereka di Negeri Gegelang, yang rajanya masih kerabat dari Raja Jenggala. Di Negeri Gegelang ini Radn Inu disambut dengan gembira. Rupanya, Negeri Gegelang sedang menghadapi kesulitan, yaitu sedang diganggu oleh gerombolan perampok yang dipimpin oleh Lasan dan Setegal. Akhirnya, Raden Inu Kertapati bersama-sama dengan pasukan dari Negeri Gegelang menghadapi para perampok. Raden Inu mengerahkan segenap kemampuannya menghadapi perampok tersebut, dan berhasil mengalahkannya hingga pimpinan perampok tersebut mati.
            Pesta tujuh hari tujuh alam diadakan untuk menyambut kemenangan Raden Inu Kertapati dan pasukannya. Pada malam terakhir pesta tersebut Raja memanggil seorang ahli pantun, seorang pemuda bertubuh gemulai. Pantun yang dibawakannya berisi cerita perjalanan hidup Dewi Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati, hal yang membuat Raden Inu menjadi sangat penasaran sehingga akhirnya menyelediki siapa sebenarnya ahli pantun tersebut. Selidik punya selidik, rupanya rupanya ahli pantun tersebut memang adalah Panji Semirang alias Dewi Candra Kirana. Dewi Candra Kirana bercerita bahwa memang Dewi Liku yang membuatnya hilang ingatan hingga akhirnya keluar dari istana Daha. Dia disembuhkan oleh seorang pertapa yang memiliki kemampuan mengobati berbagai penyakit.
            Setelah semua misteri terungkap jelas, akhirnya Raden Inu Kertapati kembali ke Negeri Jenggala untuk melangsungkan pernikahan meriah, dan mereka menjadi sepasang suami istri yang hidup berbahagia.



1.2.    Profil Pencipta Tari Panji Semirang


I Nyoman Kaler menurut Denpasar Culture, lahir pada tahun 1892 di Desa Pamogan, Kecamatan Denpasar Selatan. Ayahnya I Gde Bakta adalah seorang seniman serba bisa pada zamannya. Sang ibu, Ni Ketut Taro, juga memiliki seni Kakeknya, I Gde Salin, kemudian darah ayahnya sendiri merupakan guru tari dan tabuh yang punya nama. Kaler sendiri berguru kepada kakek dan ayahnya, yang nantinya mewariskan padanya tari nandhir, baris kupu-kupu, sisia Calonarang, wayang wong, dan parwa.

I Nyoman Kaler tak pernah mengenyam pendidikan formal, sebab seingatnya, sampai tahun 1900 di Denpasar belum dibuka sekolah-sekolah. Namun kemampuannya baik baca tulis aksara Bali maupun huruf Latin tak bisa diragukan. Kepandaian ini didapat dari pendidikan non-formal di sela-sela kesibukannya memperdalam seni tari dan tabuh.

Dalam penguasaan tari dan tabuh pagambuhan ia sempat dididik oleh I Gusti Gede Candu, I Made Sariada, I Made Nyankan. semuanya dan Denpasar, dan I Made Sudana dari Tegal Taniu. Pada tahun 1918, dalam usia 26 tahun, I Nyoman Kaler memperdalam tari Legong Kraton pada gurunya, Ida Bagus Boda dari Kaliungu Klod, Denpasar. Tahun 1924 memperdalani tari dan tabuh pada Anak Agung Rai Pahang dari Sukawati Gianyar.
I Nyoman Kaler menciptakan tari panji semirang pada tahun 1942. Tarian ini.ditarikan.untuk.pertama.kalinya.oleh.Luh.Cawan.

I Nyoman Kaler sangat terkesan pada gurunya yang satu ini. Cara mengajar gurunya yang luar biasa itu memungkinkan I Nyoman Kaler memahami seluk-beluk dan gerak tari dengan mendalam. Dia pun menjadi murid kesayangan karena bakatnya yang mengagumkan sampai-sampai sang guru menganugerahkan seekor kuda pada murid yang rajin ini.

I Nyoman Kaler menguasai hampir seluruh perangkat gambelan Bali dan memahami betul semua gending-gending pegongan, gender, angklung, semar pagulingan, dan sebagainya. Dari pengetahuan yang dimiliki maka Nyoman Kaler telah mulai mengajar sejak tahun 1918.

Deskripsi.Profesi:
Hampir sepenuhnya riwayat hidup Nyoman Kaler diabdikan untuk kesenian. Dari tahun 1918 - 1959 Kaler bak bintang yang menyala. Karya dan pemikirannya terhadap seni tumbuh subur. Sebagai seorang guru seni, Nyoman Kaler melahirkan banyak seniman tari yang belakangan namanya juga menjadi cukup monumental. Mulai dari mendirikan sekaa Legong Kraton di Pura Jurit Klandis, Denpasar, tahun 1924, yang nantinya melahirkan penari Ni Ketut Ciblun dan Ni Ketut Polok. Pada tahun yang sama, ia mengajar pula tari janger di Banjar Kedaton, dari sini lahir penari terkenal Ni Gusti Ayu Rengkeng, Ni Ketut Reneng, Ni Rening, dkk. Pada tahun 1933 ia mengajar 
Legong Kebyar di Banjar Lebah, Kesiman, melahirkan.penari.I.Wayan.Rindi,.Ni.Luh.Cawan,.Ni.Sadri.


Penghargaan:

·                     Atas pengabdiannya terhadap seni, ia telah menerima penghargaan tertinggi bidang seni dari pemerintah RI pada 1968 yakni Wijaya Kusuma dan pada 1980.

·                     Dharma Kusuma dari Pemda Bali. 
















1.3. Fungsi Tari Panji Semirang.
    Fungsi tari semirang adalah sebagai sarana pertunjukan (tari bebali), dimana fungsi sebagai sarana pertunjukan ini masuk dalam contoh tari kekebyaran yang ditarikan oleh satu orang (tari tunggal). Selain itu, tari ini juga biasanya digunaka untuk menghibur wisatawan.


1.4.    Tata Rias dan Tata Busana

Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter juga menunjang nilai-nilai filosofis, nilai simbolik dari tari tersebut. Dalam buku Ensiklopedi Tari Bali, telah dijelaskan bahwa busana adalah faktor yang sangat penting dalam tari Bali, karena melalui busana penonton akan dapat mengetahui identitas dari suatu tarian atau penonton dapat membedakan tokoh atau karakter yang ditampilkan.

Dalam suatu pementasan seni tari, khususnya seni tari Bali, elemen tata rias kostum sangat diperlukan dan juga sangat penting guna memperindah suatu pertunjukan seni tari. Tata rias dan busana juga bisa digunakan untuk membedakan atau mencirikan jenis tarian tersebut. Misalnya dengan melihat tata rias dan busananya kita bisa menggolongkan apakah tarian tersebut termasuk ke dalam kategori tari putri, tari putra, ataupun tari bebancihan. Melalui tata rias dan kostum juga bisa menentukan sebuah karakter yang dibawakan. Di dalam sebuah pertun-jukan, tata rias dan busana juga bisa membantu untuk merubah karakternya baik menjadi cantik, tampan, jelek, ataupun lucu sesuai keinginan dari si pelakunya. Oleh karena itu elemen kostum memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah pertunjukan.

a.       Tata rias

    Tata rias merupakan rias wajah atau make up panggung yang menonjolkan lekuk-lekuk dan garis-garis wajah agar tampak segar dan cantik, karena fungsi rias yang utama adalah untuk mempercantik wajah. Adapun tata rias dalam panji semirang yaitu alis-alis, eye shadow warna kuning, biru, merah, bedak warna kuning langsat, blosh on warna merah muda, dasar bedak, lipstick, cundang.

b.      Tata Busana

          Melalui busana yang digunakan suatu tarian dapat diketahui karakter tarian yang ditampilkan. 
          Busana yang digunakan dalam Tari Panji Semirang ini, di antaranya adalah destar, bunga mas, bunga    merah di telinga kanan, bunga putih di telinga kiri, badong, bebed (kain prada) penutup dada, ampok- ampok, kancut prada, gelang kana, kipas, anting-anting.


1.5.    Pedom Karang Tari Panji Semirang.

a.       Pepeson:

Ngegol (ngambil kancut), piles kiri, ngeseh, piles kiri, agem kiri, ngelier, sledet kiri, piles kanan, angkat kaki kanan, angkat kaki kiri, angkat kaki kanan, angkat kaki kiri, mungkah lawang, agem kanan, sledet kanan, nuduk bunga, ngelier, sledet kanan, badan naik turun, ngelier kanan, sledet kanan, badan naik turun, ngulap-ulap ke kanan, ngelier, agem kanan, sledet kanan, tengah, pojok, ngangget (tangan kiri), ngulap-ulap kiri, ngangget, ngelier, sledet kanan, piles kiri, angkat kaki kiri, angkat kaki kanan, angkat kaki kiri, angat kaki kanan, agem kiri, badan naik turun, ngelier kiri, sledet kiri, ngulap-ulap kiri, ngelier, sledet, tengah, pojok, ngulap-ulap kanan, ngangget kanan, ngelier kanan, sledet kiri, agem kanan, ngulap-ulap kiri, tanjek kanan (tangan kiri ke pojok, tangan kanan nepik destar), ngangget kiri, piles kiri, agem kiri, ngulap-ulap kiri, ngelier, sledet kiri, angkat kaki kanan, putar badan ke kiri, ngulap-ulap kanan, agem kiri, sledet kiri, putar badan ke depan, piles kiri, agem kiri, ngulap-ulap kanan, tanjek kiri (tangan kanan ke pojok, tangan iri nepik destar), ngangget kanan, piles kanan, agem kanan, ngulap-ulap kanan, ngelier, sledet kanan, angkat kaki kiri, putar badan ke depan, agem kanan, nuduk bunga, angkat kaki kanan, angkat kaki kiri, ngangget, sledet kiri, tengah, agem kiri, sledet, nuduk bunga, angget kanan, sledet kanan, ngoyog, agem kanan, ngulap-ulap, jalan ke pojok kanan, tengah, pojok kri, tengah, (tangan berganti dengan nepik destar atau lurus ke pojok), ngeseh, tajek kiri, ngambil kancut (tangan kiri), sledet kiri, jalan mundur lalu maju dan berputar, lepas kancut, angkat kaki kiri, ngeseh, piles kanan, luk nerudut, ngeseh, angkat kiri, luk nerudut, badan naik turun, ngeseh, ngelier kiri, sledet kanan, sledet kiri, sledet kanan, ngambil kancut, jalan memutar.

b.      Pengawak

 Metimpuh, ngambil kipas, ngulap-ulap kiri, sledet kanan, kepala ngotag, sledet kiri, sledet kanan, buka kipas, piles kiri, ngambil kancut, jalan (putar kipas), taruh kancut, nepik kampuh, ngulap-ulap kanan, sledet kiri, sledet kanan, sledet kiri, ngambil kancut, jalan (putar kipas), angkat kaki kiri, ngeseh, ngambil kampuh.

c.       Pengecet

Jalan, mundur lalu maju, lepas kancut, angkat kaki kiri, ngeseh, agem kanan, agem kiri, ngelier, tanjek kiri, tanjek kanan (3x) angkat kaki kanan, agem kanan, tanjek kiri, tajek kanan (3x) angkat kaki kanan, agem kanan, sledet kanan, ngambil kancut, tanjek kanan, putar kipas, tanjek kiri, angkat kaki kanan, agem kanan, angkat kaki kiri, ngeseh, ngambil kancut, sledet kiri.

d.      Pemuput

Jalan mundur lalu maju, angkat kaki kiri, ngeseh, putar ke depan, piles kiri, piles kanan, agem kiri, sledet kiri.



BAB III

PENUTUP

A.       Kesimpulan

            Tari Panji semirang  merupakan tari yang terinspirasi dari cerita candra kirana  yang ada di daerah Jawa Timur. Yang mana tari Panji Semirang ini merupakan tari bebali  yang berfungsi sebagai tari pertunjukan. Tarian ini biasa didemonstrasikan di dalam maupun di luar areal pura. Tari ini dibawakan oleh seorang  penari pria atau wanita. Dengan tata rias dan tata busana lelaki. Para penari biasanya membawa kipas dan memegang kancut. Tarian ini merupakan ciptaan dari I Nyoman Kaler (seniman tari) pada tahun 1942. Tarian ini pertama kali ditarikan oleh Luh Cawan, yang dimana ia merupakan salah satu murid dari I Nyoman Kaler. Tarian ini menggambarkan Dewi Candra Kirana yang menyamar sebagai seorang lelaki untuk mencari kekasihnya Raden Panji Inu Kertapati. Tari ini termasuk tari putra halus biasanya ditarikan oleh penari putri.

B.     Saran

Adapun saran dari penulisan makalah ini yaitu agar siswa khususnya kaum remaja lebih mengetahui sejarah, unsur, maupun tata rias dan busana tarian tradisional Bali dan mempertahankan budaya Bali.